Rabu, 30 Maret 2011

Jangan Anggap Remeh Yang Kecil


Jangan anggap remah. Meski berperawakan kecil, Serama bukan ayam murahan. Sebab untuk memboyongnya dan menikmati kelucuannya, Anda harus merogoh kocek dalam-dalam. Prospek bisnisnya pun bagus, mengingat sekarang digolongkan binatang yang perkembangannya lambat. Farm berpengalaman pun, memiliki resiko kegagalan yang tinggi. Sehingga keberhasilan tidak ditentukan sekedar oleh pengalaman. 

Serama adalah ayam terkecil didunia. Buktinya, ayam yang berasal dari Malaysia ini, memiliki ukuran badan hanya sebesar kepalan tangan pria dewasa. Selain itu, bobot tubuhnya tak lebih dari 500 gr. Tapi, justru kian mungil badannya, kian bagus kualitasnya. Semakin bagus kualitasnya, semakin mahal harganya yaitu mencapai Rp20 juta/ekor!

“Menurut Asosiasi (Ayam) Bantam Amerika dan Asosiasi (Ayam) Bantam Internasional, Serama merupakan ayam terkecil di kelas (Ayam) Bantam. Padahal, Bantam itu sendiri identik dengan ayam yang berukuran kecil atau mini. Dengan demikian, Serama diklaim sebagai ras ayam terkecil di muka bumi ini,” kata Rudiasfie Sjofinal, Sekretaris Jendral P2ASI (Persatuan Pelestari Ayam Serama Indonesia), wadah yang menampung para penggemar Ayam Serama.

Namun, ia melanjutkan, Serama berbeda dengan ayam kate, meski memiliki unsur-unsurnya. Sebab, kate identik dengan ayam yang cebol atau cacat. Sedangkan Serama, bila dilihat secara keseluruhan, memiliki bentuk tubuh yang proporsional tetapi serba kecil. “Maklum, dilihat dari silsilahnya, Serama merupakan ayam hasil rekayasa genetika,” jelas pria yang akrab disapa Rudi ini.

Sekadar informasi, dilihat dari cikal bakalnya, Serama merupakan unggas hasil kreativitas Wee Yean Een. Pada tahun 1971, “penghulu” ayam dari negeri jiran itu menyilangkan Ayam Kapan (Kate Kaki Panjang) dengan Ayam Modern Game Bantam. Dua tahun kemudia, ia menyilangkan keturunan pertama ayam hasil silangan tersebut di atas dengan Ayam Sutera (Silkie Bantam). Masih kurang puas, Wee Yean Een menyilangkan lagi keturunan kedua ayam persilangan tersebut dengan Kate Jepang. Akhirnya, pada tahun 1988, “mak comblang” ayam itu berhasil “menciptakan” Ayam Serama.

Selanjutnya, Wee Yean Een memberinya nama Serama. Karena, ayam imut ini memiliki gaya dan penampilan gagah laiknya Sri Rama, superhero dalam kisah pewayangan Ramayana. Tapi, karena lidahnya cadel, maka Sri Rama pun terdengar seperti Serama dan jadilah ia dikenal sebagai Ayam Serama.

Pada tahun 1990, ayam mini ini diperkenalkan ke publik melalui kontes pertama yang diselenggarakan di Perlis. Kontes sejenis juga banyak digelar di Thailand. Nah, melalui Negara Gajah Putih itulah, masyarakat Indonesia mengenal ayam yang suka petantang-petenteng dan berkokok lantang ini. Tepatnya, ketika dipertandingkan pada tahun 2004 di Ancol, Jakarta Utara.


  • Memelihara Ayam Serama adalah hobby yang boleh dikatakan sangat mengasyikan dan merupakan sarana penghibur serta penghilang stress yang baik. Tingkah polah ayam yang lucu sangat pas sebagai sarana penghilang stres. Ditambah ukurannya yang imut dan layaknya yang sok jagoan, membut kita selalu tersenyum.
  • Memelihara Ayam Serama tidak membutuhkan tempat yang luas ataupun kandang yang besar. Ukuran ayam yang imut, membuatnya hanya memerlukan kandang sebesar kandang burung yang bisa disusun keatas menjadi beberapa tingkat. Tidak seperti burung yang harus digantung dan hanya berisi satu sangkar per areanya.
  • Memelihara Ayam Serama akan memperbanyak network pertemanan kita. Banyaknya penghobi serama telah mempertemukan berbagai individu berbagai latar belakang. Ditambah lagi dengan adanya lomba rutin, individu-individu yang tidak memliki keterkaitan tersatu dalam hobi yang sama.
  • Memelihara Ayam Serama dapat meningkatkan perekonomian keluarga, karena nilai jual yang tinggi. Bandingkan jika berternak burung kenari atau kambing. Kenari umur 2-3buln 20.000-25.000, sedangkan serama baru menetas 75.000 - 150.000 (kualitas biasa). Kambing mesti nunggu kandungan kandungan tua, 6 bln langsung dijual hanya laku 250.000 - 400.000. Enam bulan serama sudah 2 kali siklus.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar