Kamis, 26 Mei 2011

Ulat Bulu Raksasa Mulai Serang Pemukiman



K4-11 Ulat bulu berukuran raksasa yang menyerang perkebunan mete di Gunung kidul.



GUNUNG KIDUL, KOMPAS.com — Serangan ulat bulu raksasa yang menyerang tanaman mete di Dusun Sambeng IV, Desa Sambirejo, Kecamatan Ngawen, kini memasuki permukiman warga. Salah satu warga, Surono, mengatakan, pohon yang terserang ulat raksasa itu kini tidak hanya menyerang tanaman mete, tetapi juga pohon jati dan kedondong. Berpindahnya ulat bulu raksasa ini diduga karena daun mete sudah mulai habis sehingga berpindah ke tanaman yang paling dekat.
"Saat ini kami semakin dipusingkan dengan banyaknya ulat bulu yang masuk ke rumah warga, menempel di tembok dan lantai," ujarnya, Kamis (26/5/2011).
Surono menambahkan, tak banyak yang bisa dilakukan warga selain secara swadaya melakukan pembakaran ulat bulu raksasa tersebut.
Sementara itu, Simon Sartono, Kasubsi Pengendali dan Perlindungan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Gunung Kidul, menuturkan, untuk mengatasi serangan ulat bulu di Sambeng IV, akan lebih baik dilakukan dengan mekanis dan sanitasi.  "Hal tersebut lebih efektif dan bisa menekan populasi ulat bulu raksasa ini agar tidak meluas," ujarnya. 
Upaya pemberantasan ulat bulu raksasa yang menyerang perkebunan mete di Dusun Semuluh, Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, dengan metode penyemprotan menggunakan insektisida dinilai tidak efektif.
Kepala Dinas Pertanian dan Hortikultura Gunung Kidul Supriyadi mengatakan, pembasmian ulat dengan insektisida harus melihat kondisi ulatnya. Jika ulat tersebut sudah dewasa, dipastikan tidak akan mati.
"Saat ulat merasa terancam, ia akan mengeluarkan cairan semacam lilin yang mampu melapisi tubuhnya dari serangan luar, seperti halnya insektisida yang disemprotkan. Insektisida akan efektif jika usia ulat masih kecil dan belum berbulu lebat," ujar Supriyadi, Kamis (26/5/2011).
Sementara itu, petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman Dinas Kehutanan dan Perkebunan Gunung Kidul, Simon Sartono, mengatakan, melihat serangan ulat raksasa yang meluas ini, perlu upaya-upaya penanggulangan dengan cara yang cepat dan tepat.
"Memang harus dilakukan pengamatan secara intensif, jangan terlambat, hingga menjadi kupu-kupu, karena telurnya akan membuat banyak bibit baru. Jadi, salah satu cara adalah dengan melakukan pembersihan di kebun," kata Simon. 




K4-11 Sejumlah petani dibantu puluhan warga melakukan pembakaran massal populasi ulat bulu yang mulai mendekati pemukiman warga, Selasa (24/05/2011).
Penyebaran hama ulat bulu raksasa yang semakin tidak terkendali membuat warga Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, semakin resah. Sejumlah petani dibantu puluhan warga beramai-ramai membakar ulat yang dikhawatirkan semakin mendekati permukiman warga ini, Selasa (24/5/2011).
Camat Semanu, Wastana, mengatakan, pembakaran ulat bulu ini dilakukan mengingat jumlah area yang terserang begitu luas, terlebih penyebarannya mulai mendekati permukiman warga.
"Pembasmian kami lakukan dengan pembakaran. Jika menggunakan penyemprotan insektisida, dikhawatirkan akan meracuni ternak sebab tumbuhan di sekitarnya juga digunakan petani untuk pakan ternak," kata Wastana di lokasi pembakaran, Selasa.
Upaya pembakaran yang dilakukan memang belum efektif karena luasnya lahan mete yang terserang dan baru puluhan pohon saja yang bisa tertangani. "Penanganan secara menyeluruh terhadap ulat bulu ini masih menunggu koordinasi lebih lanjut dengan kelompok tani dan dinas terkait," kata Wastana.
Hingga saat ini pihak kecamatan belum melakukan pendataan terkait jumlah kerugian akibat serangan ulat bulu ini.
Seperti diberitakan sebelumnya, ribuan ulat bulu berukuran jari tangan orang dewasa dan berwarna hitam kecoklatan menyerang sedikitnya 2 hektar tanaman jambu monyet di Desa Ngeposari. Pantauan di lokasi, ribuan ulat bulu itu memakan dedaunan pohon jambu hingga habis.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar