Selasa, 12 April 2011

Peneliti LIPI Indikasikan Siklus Ulat Bulu 3-4 Hari Lebih Cepat

Jakarta - (sumber detik.com)Secara rata-rata, siklus hidup telur, larva (bentuk ulat) hingga menjadi kupu-kupu malam (ngengat) adalah sekitar 30 hari. Namun peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengindikasikan siklus hidup ulat bulu sekarang lebih cepat 3-4 hari.

"Ada indikasi siklus hidupnya lebih cepat. Mungkin 3-4 hari lebih cepat. Secara khusus LIPI belum meneliti ini, namun beberapa penelitian dari luar LIPI telah mempublikasikannya. Siklus pendek ini merupakan gambaran umum dari perubahan ekosistem," ujar peneliti Serangga Bidang Parasit LIPI Dr Rosichon Ubaidillah dalam perbincangan dengan detikcom, Rabu (13/4/2011).

Siklus yang lebih pendek ini, menurutnya terjadi manakala terpenuhinya host plant atau inang sehingga menyediakan suplai makanan bagi makhluk tersebut. Berdasar teori fisiologi serangga, kurangnya makanan bagi serangga akan membuat siklus hidupnya lambat. Sebaliknya, jika tanaman yang menjadi makanan baginya sedikit maka siklus hidupnya lama.

Dia menjelaskan, fase telur membutuhkan waktu 6-7 hari. Di fase larva ada 4 tahapan isntar yang masing-masing instar membutuhkan waktu 3-4 hari. Setelah itu, masuk fase pre-pupa yang butuh waktu 2 hari. Lalu di tahapan pupa butuh waktu 7 hari.

"umumnya sekitar 26-30 hari. LIPI belum secara spesifik melakukan penelitian itu. Tapi dari perubahan ekosistem, ada indikasi itu," Imbuh Rosichon.

Dia menuturkan, rangkaian perubahan ekosistem berpengaruh terhadap komponen ekosistem. Komponen ini berubah ketika ada hal-hal di alam yang berubah. "Dulu serangga jenis ngengat atau kupu-kupu malam ini terkonsentrasi di beberapa kawasan hutan. Famili Lymantridae umumnya hidup di hutan dataran rendah," terang Rosichon.

Hutan dataran rendah yang banyak terdapat di Jawa dan Sumatera, menurutnya, sudah banyak berkurang dan berubah. Selain itu terdapat penanaman pohon secara homogen, yakni jenis mangga-manggaan atau dari suku suku Anacardiaceae menjadi makanan bagi larva jenis Lymantridae.

"Jadi hanya serangga yang tersedia makanannya secara homogen yang populasinya meledak. Dalam teori entomologi (ilmu yang mempelajari serangga), dinamika populasi dipengaruhi beberapa faktor yaitu abiotik dan biotik," tutur Rosichon.

Faktor biotik adalah adanya musuh alam dari ulat bulu dan ngengat, yakni berupa predator, parasit dan patogen atau agen biologis yang menyebabkan penyakit pada inangnya. Sedangkan faktor abiotik adalah musuh yang bukan berasal dari alam.

Ulat bulu menjadi masalah di beberapa daerah di Pulau Jawa seperti di Probolinggo dan Jombang, Jawa Timur, serta Kendal, Jawa Tengah serta kota di Bali. Warga sejumlah daerah lainnya juga melaporkan ulat bulu, seperti Tanjung Duren, Jakarta Barat, yang menyerang pepohonan. Tidak hanya itu, ulat bulu pun masuk ke rumah warga. Akibatnya sejumlah warga pun resah.

(vit/nrl)

Bagaimana jika di jadikan extra fooding serama, bisa nggak ya? Dari komposisi protein, ok kan? Dari sisi ekomoni, yahut. Murah meriah, gratis dan dapat penghargaan.
Ayo siap yang tertarik?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar